Profil Daerah Kapuas Hulu
Kabupaten Kapuas Hulu adalah salah satu Daerah Tingkat II
di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kota
kabupaten ini terletak di Putussibau
yang dapat ditempuh lewat transportasi sungai Kapuas sejauh 846 km, lewat jalan
darat sejauh 814 km dan lewat udara ditempuh dengan pesawat berbadan kecil dari
Pontianak melalui Bandar Udara
Pangsuma. Memiliki luas wilayah 29.842 km² dan berpenduduk 222.160
Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010.
Batas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai
berikut:
- utara berbatasan dengan Sarawak (Malaysia Timur)
- selatan berbatasan dengan Kabupaten
Sintang
- barat berbatasan dengan Kabupaten
Sintang
- timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai
Barat Provinsi Kalimantan
Timur dan Kabupaten Murung
Raya Provinsi Kalimantan
Tengah
Daftar kecamatan
Kabupaten
Kapuas Hulu Memiliki luas wilayah 29.842 km2 yang terbagi menjadi 23
kecamatan, yaitu:
- Badau
- Batang Lupar
- Pengkadan
- Boyan Tanjung
- Bunut Hilir
- Bunut
Hulu
- Embaloh Hilir
- Embaloh Hulu
- Jongkong
- Empanang
- Hulu
Gurung
- Kalis
- Putussibau Selatan
- Bika
- Mentebah
- Puring
Kencana
- Putussibau Utara
- Seberuang
- Selimbau
- Semitau
- Silat Hilir
- Silat
Hulu
- Suhaid
SEJARAH
SEJARAH
KAPUAS HULU PADA ZAMAN BELANDA
Sejumlah
pegunungan yang membentang di Kabupaten Kapuas Hulu, serupa Schwaner dan
Muller, ternyata diabadikan dari nama sejumlah pelaku ekspedisi berkebangsaan
asing pertengahan abad XIX di daerah itu.
Wilayah
perbatasan antara Kapuas dan Mahakam merupakan salah satu wilayah yang paling
terpencil di Borneo. Di sebelah timur, daerah Mahakam Hulu, yang terisolasi
oleh jeram-jeram yang sangat berbahaya, di mana suku Kayan-Mahakam, suku Busang
termasuk sub suku Uma Suling dan lain-lain serta suku Long Gelat sebuah sub
suku dari Modang menempati daratan-daratan yang subur, sedangkan suku Aoheng
mendiami daerah berbukit-bukit. Di sebelah barat, daerah Kapuas Hulu dengan
kota niaga kecil Putussibau, dikelilingi oleh desa-desa Senganan, Taman dan
Kayan. Lebih ke hulu lagi, dua desa kecil Aoheng dan Semukng. Di antara
keduanya, sebuah barisan pegunungan yang besar mencapai ketinggian hampir 2000
meter didiami oleh suku nomad Bukat atau Bukot dan Kereho atau Punan Keriu,
serta suku semi nomad Hovongan atau Punan Bungan.
Orang
asing pertama yang mencapai dan melintasi pegunungan ini adalah Mayor Georg
Muller, seorang perwira zeni dari tentara Napoleon I yang sesudah Waterloo
masuk dalam pamongpraja Hindia Belanda. Mewakili pemerintah kolonial, ia
membuka hubungan resmi dengan sultan-sultan di pesisir timur Borneo. Pada tahun
1825, kendati Sultan Kutai enggan membiarkan tentara Belanda memasuki
wilayahnya, Muller memudiki Sungai Mahakam dengan belasan serdadu Jawa. Hanya
satu serdadu Jawa yang dapat mencapai pesisir barat. Berita kematian Muller
menyulut kontroversi yang berlangsung sampai tahun 1850-an dan dihidupkan
kembali sewaktu-waktu setiap kali informasi baru muncul. Sampai tahun 1950-an
pengunjung-pengunjung daerah itu pun masih juga menanyakan nasib Muller.
Bahkan
sampai hari ini hal-hal sekitar kematian Muller belum juga terpecahkan.
Diperkirakan Muller telah mencapai kawasan Kapuas Hulu dan dibunuh sekitar
pertengahan November 1825 di Sungai Bungan, mungkin di jeram Bakang tempat ia
harus membuat sampan guna menghiliri Sungai Kapuas. Sangat mungkin bahwa
pembunuhan Muller dilakukan atas perintah Sultan Kutai, disampaikan secara
berantai dari satu suku kepada suku berikutnya di sepanjang Mahakam dan
akhirnya dilaksanakan oleh sebuah suku setempat, barangkali suku Aoheng menurut
dugaan Nieuwenhuis. Karena Muller dibunuh di pengaliran Sungai Kapuas, dengan
sendirinya sultan tidak dapat dituding sebagai pihak yang bertanggungjawab.
Bagaimanapun, ketika ekspedisi Niewenhuis berhasil melintasi daerah perbatasan
hampir 70 tahun kemudian, pada hari nasional Perancis tahun 1894, barisan
pegunungan ini diberi nama Pegunungan Muller. Menjelang pertengahan abad XIX, Belanda
telah berhasil menguasai daerah-daerah.
SEJARAH
PEMERINTAHAN KABUPATEN KAPUAS HULU
Berdasarkan
Undang-undang Darurat nomor 3 tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
di Kalimantan, maka pada tanggal 13 Januari 1953 terbentuk Kabupaten Daerah
Tingkat II Kapuas Hulu dengan ibukota Putussibau. Bupati pertama yang menjabat
adalah JC. Oevang Oeray (1951-1955), berikut dilanjutkan oleh Anang Adrak
(1955-1956).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar